Ayah a.k.a Bapak

Kali ini saya ingin membagi tentang kisah ayah saya. Melihat perjuangan ayahnya Mika a.k.a suami saya, membuat saya mengingat perjuangan ayah saya sendiri.
Ayah, yang biasa saya sebut dengan Bapak, adalah sosok yang sangat bertanggung jawab dan pekerja keras. Bapak yang berpendidikan rendah membanting tulang menafkahi anak dan istrinya, bahkan sekarang ditambah cucu. Bapak hanyalah seorang tukang tambal ban, tapi dia berhasil membuat kami tidak kelaparan.
Masih sering saya ingat, sewaktu saya kecil Bapak pernah bekerja sebagai kondektur bis waktu di desa. 

Bahkan kata Mama, Bapak pernah juga berjualan bakso. Kemudian Bapak memulai karirnya di dunia pertambalan ban ketika saya SD. Bapak bekerja di lain kecamata, karena di kampung, walaupun hanya lain kecamatan, jadi jaraknya lumayan jauh ditempuh dengan perjalanan kendaraan umum kurang lebih 4 jam, sehingga Bapak pun pulang ke rumah satu kali per 2 minggu. Setiap kali pulang, pasti saya dibawakannya oleh-oleh, jelly dan majalah anak-anak.

Tahun 1999, kami sekeluarga memutuskan untuk hijrah ke kota Bogor. Bapak yang telah meninggalkan pekerjaannya dikampung, kemudian mencari pekerjaan kesana kemari dan sempat menjadi penjual kelapa di pasar, loper Koran, bahkan menjadi “pak ogah” dipertigaan jalan. Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat terpuruk, sehingga untuk makan pun, kami harus menunggu Bapak pulang di sore hari dengan membawa uang untuk membeli satu liter beras dan lauk sederhana (suka sedih kalo inget moment ini, hiks..). 

Betapa hebatnya perjuangan seorang Bapak untuk menafkahi anak dan istrinya. Sampai akhirnya Bapak menemukan tempat untuk kembali bekerja sebagai tambal ban, dan kehidupan kami berangsur-angsur membaik.

Sampai sekarang Bapak masih dengan profesinya sebagai tukang tambal ban, menafkahi istri dan memberikan jajan untuk cucu-cucunya,hehe..

Alhamdulillah, walaupun Bapak buka seorang berlimpah dengan harta, tapi beliau mampu menyekolahkan saya sampai mendapatkan gelar S1. Alhamdulillah juga saya sudah bisa sedikit memberikan kebanggaan pada Bapak. Semoga saya masih bisa memberikan kebanggaan-kebanggan lain untuk Bapak. Amin.

0 comments:

Post a Comment